Thursday, September 23, 2010

Serpih Kata Di Sela Masa 6

18 Mei 2010, jam 13:19
Kusadar diri, aku bukanlah hamba yang sempurna ketaatannya. ku sadar diri, masih ada cacat cela ketika aku mengabdi. Namun pada siapa lagi kan ku tambatkan hati yang kotor ini, selain pada-Mu Robbi. Yang ku tahu maaf-Mu tak bertepi, yang ku mengerti ampunan-Mu seluas langit dan bumi. Mohonku, Kau tak jadikan aku bahan bakar untuk nyala api...


19 Mei 2010, jam 9:24
Saat tiada tempat tuk merapat. Ketika merasa tiada yang kan menerima. Tak perlu pelihara pilu. Ada satu yang selalu membuka pintu, selama engkau mau, selama nafas masih melaju di paru... "dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya..." (39:54)


19 Mei 2010, jam 18:46
Kenapa harus mengikat diri pada hal yang belum pasti. kenapa menghambakan diri pada sosok yang belum tentu memberikan kemanfaatan. hanya dengan sedikit rayuan dan kata-kata indah penuh kepalsuan, rela membutakan mata hati dan tak peduli pada hukum syar'i yang telah diketahui. Wahai diri, betapa rugi.. betapa rugi mengenyahkan ketaatan dan beralih dalam kubang kenistaan.


21 Mei 2010, jam 20:56
Wahai diri, mungkin engkau pernah tercela. Tentu saja setiap orang punya dosa. masih ada kesempatan kawan,masih ada peluang untuk sebuah perbaikan. Sungguh, pintu-Nya senantiasa terbuka untuk hamba-hamba yang berhasrat kembali pada-Nya. Jangan tanya kapan. Sekarang atau kau akan selamanya berada dalam kehinaan.


22 Mei 2010, jam 21:16
Kubaca sebuah surat untuk seorang sahabat dan kutemukan sebuah nasehat, "Saudara, agama itu bukan sekedar pelampiasan saat kita sedih atau gembira, agama bukan sekedar polesan muka atau ritual tanpa makna. Agama tak sekedar di masjid, tak sekedar di pengajian, tak sekedar di acara peringatan hari besar. Agama adalah tuntunan dari sang pencipta alam. Agama seharusnya ada dalam seluruh kehidupan seseorang."


05 Juni 2010, jam 6:34
Kelammu datang. Arahmu remang. Pekat dalam gelap, kau matikan cahaya gemerlap. Salahmu, kenapa kau turuti nafsu. Tanpa akal yang memikirkan, tanpa hati yang mempertanyakan, "Apakah ada kemanfaatan di akhirat nanti, adakah perbuatan ini mendatangkan ridho ilahi." Kesia-siaan, kesia-siaan. dan jawaban apa yang akan kau utarakan jika kesia-siaan itu dipertanyakan di pengadilan Ar Rahman?


11 Juni 2010, jam 21:58
Maafkan bila ada kesalahan dalam ucap dan sikap. mustahil manusia biasa senantiasa tanpa cela. tegurmu kutunggu, kumenanti kau menasehati, Ataukah kau lebih suka diriku berkubang kealpaan tanpa sadar, hingga kemudian digabungkan bersama ahlu naar? Atau kebencian itu begitu menggebu hingga kau enggan sampaikan peringatan? jika demikian, lisan siapa yang kan meluruskanku dari kekhilafan?


15 Juni 2010, jam 18:09
Kerinduanku pada hiburan yang menambah gelora semangat dalam perjuangan, kerinduanku pada lirik-lirik yang menambah kecintaan dalam pengabdian, kerinduanku pada suara-suara merdu yang menyeru pada ketaatan, kerinduanku pada alunan yang tidak melenakan, kerinduanku pada dendang yang tak menumbuhkan angan-angan panjang, duhai kerinduanku pada nasyid dan syair yang menambah keimanan...


25 Juni 2010, jam 7:59
Ada banyak kesalahan yang kerap tanpa sadar dilakukan karena telah dianggap wajar oleh sebagian besar kalangan, hingga lupa tak meminta ampunan. Padahal mungkin saja kesalahan yang telah dianggap wajar itu adalah pengantar pada siksaan yang tak berkesudahan.


27 Juni 2010, jam 5:09
Dengan usaha tanpa reda... demi asa dan cita-cita yang terpatri dalam jiwa. Diiringi doa tanpa putus... demi harapan dan hasrat yang tak boleh pupus.


28 Juni 2010, jam 6:49
Di sisi dunia islam yg lain terdengar erang rintihan, berteman dentum ledakan dan salak senapan.Sedang engkau larut dalam sorak dan komentar saat melihat si kulit bundar diperebutkan. Alangkah beda dunianya, yang satu berteman dengan hal yang beraroma kematian dan kemungkinan besar menggapai kesyahidan. Sedang yang lain? Larut dlm kelalaian yang entah apakah akan memberi kemanfaatan di hari kemudian atau ditenggelamkan dalam kehinaan


01 Juli 2010, jam 20:43
Lelaki itu terpaku menatap tulisan di layar monitornya, "Maukah kau menikah denganku?" Istighfar berulang ia gumamkan, berharap ampunan atas kesalahan yang tak sengaja dilakukan, mungkin saja ada kata yang ia anggap biasa namun telah menumbuhkan bunga rasa pada hati seseorang di seberang sana. Dan jawabnya, "Maaf, hanya ada doa. Semoga anda mendapat pria calon penghuni surga yang akan menemani dengan cinta dalam taqwa."


02 Juli 2010, jam 10:33
Pantang untuk mundur ke belakang atau berpaling oleh godaan yang melenakan. karena cita itu belum dalam genggam. lebih baik mati di jalan ini dari pada berhenti karena kesenangan yang belum tentu abadi.


04 Juli 2010, jam 7:24
Di usia belasan, para pemuda generasi terbaik sebelum kita berlomba memburu surga, menyibukkan diri dengan amal-amal penuh arti, mencurahkan segalanya demi kesenangan yang lebih abadi. Bagaimana dengan pemuda-pemuda kita?


06 Juli 2010, jam 10:14
Orang-orang itu, meski telah menyaksikan bulan terbelah, tetap saja cacian mereka lontarkan tanpa lelah. meski telah mendengar bermacam hujjah, tetap saja mereka ingkar akan risalah. Syukurlah, meski kita tak hidup di zaman Rasul mulia, tak jua berjumpa dengan sosoknya, hidayah telah menyapa. Betapa keimanan ini adalah anugerah terindah dan kenikmatan yang tak pernah bersudah. Alhamdulillah... alhamdulillah...


07 Juli 2010, jam 14:57
"Apa yg kau pinta?" tanya sahabatnya. Jawabnya, "Aku berdoa: Wahai Allah jika dia baik bagiku, baik bagi agamaku, mendatangkan keridhoan-Mu dan menambah kecintaanku pada-Mu maka mudahkanlah jalannya. Namun jika dia tidak baik bagiku, tidak baik bagi agamaku, mendatangkan kemurkaan-Mu dan menjauhkanku dari-Mu maka hilangkan perasaan ini dari hati dan anugerahkan sosok yang lebih baik lagi, yang akan menemani hari-hariku dalam mengabdi."


09 Juli 2010, jam 10:01
Kita bukan yang utama, ada banyak manusia di sisi dunia lainnya yang belum lama belajar namun lebih teguh dalam memegang keyakinan. Ada banyak insan yang belum lama mengenal ajaran namun begitu bersemangat mengamalkan. Ada banyak yang berlatar belakang pendidikan kaum abangan namun lebih bersegera menuju panggilan Rabb semesta alam. Kita bukan yang utama, semestinya berlomba menjadi yang pertama, dalam ketaatan, dalam kebaikan dan dalam mengamalkan ajaran arRahman


12 Juli 2010, jam 18:35
Duhai jiwa jangan tunda menuju-Nya. karena sang masa tak pernah menunda putarannya hingga nanti di batas mati. jua karena sang waktu tak kan peduli dengan keadaanmu, dia akan terus melaju tanpa mendengar rengekmu, tak jua mengenal kata "tunggu, nanti dulu."


14 Juli 2010, jam 21:16
Maafkan. mungkin memang mengesalkan, menyesakkan dan terlalu memaksakan. namun beginilah caraku mencinta. berharap semua hanya demi kesenangan yang tak pernah fana. mungkin memang berasa beda, jauh dengan apa yang kau damba, namun demikianlah caraku mencinta. demi berupaya bersegera menyusul generasi pertama. jangan paksa jika kau tak suka, berlalulah jika kau merasa lelah, moga kan kau temukan sosok yang lebih indah.


17 Juli 2010, jam 20:44
Saat ajakan kebaikan tak dihiraukan. ketika seruan menuju ketaatan tak diindahkan. Kesedihan hadir tak terelakkan. Dan ia hanya bisa menghibur diri dengan berkata dalam hati. "Duhai Rabbku, aku hanya penyeru dan hidayah adalah milik-Mu..."


18 Juli 2010, jam 20:13
Tak kan kau dapatkan ilmu hanya dengan menunggu, tak jua kan dianugerahkan hikmah tanpa berpayah lelah, bepergianlah demi kemuliaan yang dijanjikan. tidakkah kau ingin mendapat naungan sayap malaikat dan kedudukanmu di akhirat diangkat beberapa derajat? Sungguh ini adalah langkah fii sabilillah hingga pulang ke rumah...


06 Agustus 2010, jam 17:49
Mari kita sedikit peduli dengan nasib diri sendiri. Nasib di masa depan nanti. Nasib setelah kita mati. Nasib saat kita dibangkitkan kembali. Selagi masih ada masa di dunia, inilah kesempatan yang tak diketahui kapan akhirnya. Sebelum nyawa terlepas dari raga, jangan lagi tunda tuk bersegera menuju-Nya, demi keridhoan-Nya, demi meniti jalan ke surga...


07 Agustus 2010,  jam 5:47
"Jangan nakal." Demikian pesan sang bunda. Sebuah pesan universal dengan bahasa sederhana, begitu singkat namun memuat berjuta makna dan asa. "Jangan nakal." berarti diminta untuk tak melanggar aturan yang ditetapkan. "Jangan nakal." berarti mengharapkan kita untuk senantiasa dalam koridor kebaikan. "Jangan nakal." berarti mengharapkan kita menjadi bagian dari keshalihan


27 Agustus 2010, jam 12:42 (edisi ramadhan)
Bulan penuh berkah telah berlalu setengah. Saat ini pintu-pintu surga masih dibuka, pahala ibadah masih berlipat ganda, belenggu-belenggu masih mengikat erat setan-setan terlaknat, dan pintu-pintu neraka pun masih tertutup rapat. Bersegera... bersegera... Jangan lagi ada waktu tersia di sisa Romadhon yg tinggal setengahnya. Karena tak ada jaminan tahun depan kita kan bersua lagi dengannya...


03 September 2010, jam 12:56 (edisi ramadhan)
Dua kegembiraan... dua kegembiraan... Kegembiraan pertama telah didapatkan tiap senja saat kumandang adzan menggema. Dan esok kan didapatkan kegembiraan kedua saat berjumpa dengan sang pencipta di akhirat sana. Akankah kita? Semoga romadhon kali ini tak tersia dan nantinya kegembiraan kedua pun bisa dihimpun dengan sempurna...


09 September 2010, jam 4:53 (edisi ramadhan)
Puasa hari terakhir. Semoga ketaatan kita tak turut berakhir. Satu bulan menahan lapar atas dasar firman tuhan demi sebuah tingkatan. Ketaqwaan... ketaqwaan... Sudahkah didapatkan dan telah menghiasi kehidupan?


09 September 2010, jam 18:54 (edisi ramadhan)
Beduk bertalu, ramadhan berlalu. Manusia bergembira akan tibanya hari raya. Namun setan pun ikut tertawa karena telah bebas dari belenggu yang mengikatnya.

(Petikan kata-kata di atas adalah kumpulan status di Facebook milik “Tiada Nama“ -ardhi el mahmudi-)

Thursday, September 9, 2010

Arti Kemenangan Setelah Ramadhan

Di penghujung Ramadhan, sebagian besar kalangan disibukkan oleh masalah makanan yang disajikan atau barunya pakaian. Dan berapa dari mereka yang peduli akan amal-amal sepanjang bulan Ramadhan yang mereka lakukan? Padahal bisa jadi amal-amal itu dinilai usang oleh Sang pencipta alam dan kemudian dicampakkan tanpa balasan yang telah dijanjikan.

Alangkah meruginya jika Ramadhan berlalu dari hadapan namun hanya rasa lapar dan dahaga yang didapatkan.
Alangkah merananya jika Ramadhan telah pergi meninggalkan namun tak ada pahala dan ampunan yang dianugerahkan.
Alangkah nestapanya jika Ramadhan telah berganti bulan namun tiada bekas ketaqwaan yang tinggal dalam diri seseorang.

Dan lihat pula, ada banyak manusia bergembira, seakan mereka baru keluar dari penjara. Merasa merdeka setelah sekian lama terbelenggu kebebasannya dan tersiksa karena harus menahan lapar dan dahaga sepanjang siangnya.
Andai mereka tahu, saat Ramadhan berlalu, langit dan bumi menangis dan bersedih hati. Demikian juga para malaikat yang larut dalam ratap atas musibah yang menimpa kita, para manusia.

Inilah musibah...
Inilah musibah, ketika belenggu-belenggu syetan mulai dilepaskan dan mereka kembali leluasa menggoda manusia dengan bisikan-bisikannya.
Inilah musibah, ketika malam-malam tak akan ada lagi qiyam ramadhan. Dan di saat siang tak ada lagi perisai yang menahan seseorang dari hal-hal yang diharamkan.
Inilah musibah, ketika pahala amal ibadah yang sepanjang bulan puasa berlipat ganda menjadi kembali biasa seperti bulan-bulan lainnya.
Inilah musibah, ketika tak ada lagi ampunan jua pembakaran kesalahan yang dijanjikan layaknya sepanjang bulan Ramadhan.
Inilah musibah itu. Ketika keutamaan ramadhan, keberkahan dan kelezatan peribadatan telah berlalu seiring dengan beduk takbiran yang bertalu.

Manusia, mereka pun bersuka ria saat hari raya. Dengan pakaian barunya. Dengan hidangan yang berlimpah di meja. Dan berkata, "Inilah hai raya! Inilah hari kemenangan bagi kita." Tak ada salahnya berbahagia di hari raya dengan mengenakan pakaian yang indah di pandangan mata, juga makanan lezat yang menggugah selera.
Namun, apa artinya hari raya dan kemenangan jika selepas ramadhan tiada ketaqwaan yang bersemayam?
Apa arti hari raya dan kemenangan jika tanpa bertambahnya ketaatan setelah berpuasa satu bulan?
Apa arti hari raya dan kemenangan jika kembali melakukan kemaksiatan berulang setelah dosa-dosanya dihapuskan?
Apa arti hari raya dan kemenangan jika amal kebaikan dan kesholihan hanya dilakukan selama satu bulan, sedang sebelas bulan yang lain kembali menjadi pendukung kemunkaran dan berjalan di jalan syetan?

Sungguh! Kemenangan setelah Ramadhan bukanlah karena pakaian baru yang dikenakan seseorang. Hari Raya bukan pula milik orang-orang yang melampiaskan kesenangan dengan berlebihan setelah merasa dibelenggu oleh istilah "pengekangan hawa nafsu."
Namun hari raya dan kemenangan adalah milik orang-orang yang senantiasa bertambah ketaatannya dan terus berusaha merentas jalan menuju taqwa di sebelas bulan berikutnya.
Wallahu a'lam.

Kudus, 9 Sept 2010. menjelang tengah malam -23.44-