Thursday, July 7, 2011

Serpih Kata Di Sela Masa 8

16 Februari 2011, jam 6:32
Kuasa sang Maha begitu ia harap hadir di kalbu. Karena hasrat-hasrat tercela yang berbalut kesiaan begitu menggebu. Ia lelah larut dalam dekap semu tak tentu.

17 Februari 2011, jam 8:55
Saat niat itu teguh terhunjam maka pertolongan Allah pasti datang. Penjagaan-Nya senantiasa ada pada orang-orang yang teguh pendirian dalam kebaikan.

18 Februari 2011, jam 7:57
Dunia maya… benarkah penuh tipu daya?
Tidak sepenuhnya, ini adalah medan baru, medan mendulang pahala bagi para penyeru…
SEMARAKKAN DUNIA MAYA DENGAN AYAT-AYAT-NYA!!!
Kita adalah da’i sebelum apa pun, da’i sebelum apapun!!!

18 Februari 2011, jam 20:36
Cermin buram itu tak cukup bisa memantulkan bayang sempurna. Hingga membuat diri tak sadar bahwa wujud badan & rupa sudah tak sedap di mata. Butuh cermin bening agar bisa mengamati diri & menata penampilan menjadi rapi kembali. Demikian juga pergaulan, teman yang buruk ibarat cermin buram yang membuat kita tak sadar bahwa diri kita penuh kotoran. Sedang teman yang sholeh adalah cermin bening yang menunjukkan letak kotoran yang harus dibersihkan

19 Februari 2011, jam 7:11
Wahai diri, kejayaan tak kan diperoleh dengan berpangku tangan. Kejayaan tak kan dinikmati tanpa pengorbanan. Kejayaan tak kan direngkuh dengan keluh. Sungguh, tujuan tak kan tergenggam hanya dengan gerutuan! Maka jangan hanya diam dengan tatap nanar. Berbuatlah! Gerakkan setiap sendi anggota badan, dan lafadzkan doa di lisan. Yang maha Besar pasti menyaksikan dan nantinya menganugerahkan keberhasilan.

19 Februari 2011, jam 17:14
Wahai diri sabar saja, pasti ada kesempatan untuk menggerakkan pena dan melahirkan satu dua buah karya. Ada masanya, untuk merangkai kata ungkapan rasa, menuangkan semua menjadi cerita dan menyampaikan segala asa jua cita pada manusia. Saatnya nanti pasti tiba.. pasti tiba... <rindu pada buku dan penaku>

20 Februari 2011, jam 6:48
Renungan yang ingin kuulang-ulang. Iman itu tidak hanya dengan ucapan, tapi juga diiringi dengan amal. Islam itu bukan sekedar slogan, bukan sekedar ritual tapi tuntutan kehidupan, yang mengatur segala urusan seseorang dari bangun tidur hingga tidur kembali, tapi sering kali kita tidak menyadari. Semoga iman dan islam kita bukan hanya sekedar di lisan.

20 Februari 2011, jam 20:14
Ketika hasrat itu tak tertahan untuk diungkapkan, siapa yang bisa disalahkan? Sedang ia adalah fitrah setiap insan. Istighfar berulang akan menenangkan, menahan gejolak yang tak sepantasnya datang. Seratus kali, dua ratus kali atau seribu bila perlu. Karena hati ini bukan milik kita sepenuhnya, ia berada di antara jari-jari sang Maha Kuasa

22 Februari 2011, jam 10:09
Kamu tak lebih dari debu, yang dibentuk oleh sang Maha mampu. Apa kuasamu jika nyawa tak lekat di jasad? Sekedar tubuh kosong tanpa bisa berbuat. Semua yang dipunyai bukan milik sendiri, Dia memberi tanpa minta ganti. Duhai diri apa tak jua kau sadari? Masihkah pantas kau ingkari tanpa mau mensyukuri dan tak juga mengabdi sepenuh hati pada yang Maha Tinggi?

22 Februari 2011, jam 17:09
Memang, itu hasrat yang tak pernah sengaja kau buat. Muncul dengan cepat dan mengendap hingga timbulkan karat. Mengapa juga masih dipelihara sedang ia membuat lelah di jiwa, bahkan tak jarang timbulkan luka nganga. Sekedar usahamu tak kan mampu enyahkan rasa di kalbu karena hati itu bukan milikmu, Maka mintalah pada penciptamu tuk enyahkan segala hasrat yg tak kau mau.

24 Februari 2011, jam 19:20
Saat rangkaian kata hanya untuk tebar pesona, mencari perhatian wanita dan timbulkan rasa penasaran di benak manusia. Apa manfaatnya? Wahai diri, apa yang kan kau dapatkan di sisi Ilahi jika niat telah salah tempat dan nasehat malah timbulkan karat?

19 Maret 2011, jam 11:58
Pemuda itu memandang langit, sembari jarinya membentuk simbol tauhid. Wajahnya pun tampak memelas mengharap belas. "Wahai rabb semesta alam, teguran-Mu menyakitkan. Aku bukan Salman, aku hanya manusia akhir zaman dengan secuil keimanan...maafkan jika ku tak cukup sabar menghadapi cobaan."

22 Maret 2011, jam 23:15
Berhenti, berhenti jangan kau teruskan lagi jika tak ingin ada yg terlukai. Apakah kau hendak mengulang kesalahan yg sama? Dan tak juga belajar pada peristiwa yg sempat menyesakkan dada?

23 Maret 2011, jam 22:56
Pemuda itu bilang padaku, "Aku rindu pada hatiku yg dulu, saat segala hasrat tertuju untuk ilmu dan demi terus menyeru. Kini aku begitu ingin berhenti karena fitnah terus saja membayangi. tapi apakah itu terpuji, meninggalkan jalan juang karena takut pada cobaan perempuan?" timpalku, "Resiko para bujang. Hanya bisa sabar hingga kesempatan datang."

24 Maret 2011, jam 21:46
Bukan tak ingin, namun memang belum mungkin. Bukannya tak suka namun memang belum bisa. Maka hanya bisa menggelengkan kepala saat uluran tangan dan tawaran berulang kali datang. Jalan ini lebih menarik hati demi balasan yg lebih abadi.

31 Maret 2011, jam 8:13
"Maaf aku tak bisa menyelesaikannya, terlalu sakit untuk mencoba menuliskannya. Merangkum semua peristiwa dalam rangkai kata hanya menambah luka nganga di dada. Aku ingin membekukannya hingga kusanggup tuk menggerakkan pena tanpa rasa kecewa, tanpa dengki dan benci yang menguasai hati." Katanya. Aku pun hanya menganguk dan mengucap, "Semoga suatu saat bisa kau tuliskan agar bisa menjadi pelajaran bagi setiap orang."

01 April 2011, jam 13:25
Kau coba tekan gundah namun memang tak mudah. Duhai yang maha indah,tolong jangan biarkan luka ini merambah semakin parah.

04 April 2011, jam 13:03
"Selama niat itu masih ada maka jangan hentikan langkah demi menggapai cita. Tak perlu risau akan masa depan yang tampak kacau, jalanmu sudah benar tinggal bisakah kau bertahan tuk menyelesaikan segala yang kau dambakan."  -hikmah dari ayah-

13 April 2011, jam 21:25
Mencoba menerima dengan lapang dada segala ketentuan yang telah diputuskan oleh-Nya. Dan hiburku dalam hati, "Ini yang terbaik bagi diri... yang terbaik bagi diri."

13 April 2011, jam 21:44
Makhluk rendah dari tanah, yang tak lepas dari keluh kesah tak kah kau sadar bahwa engkau lemah?
Tak usah pelihara kebanggaan berlebihan atas segala yang telah ada dalam genggaman. Dia bisa mencabut segalanya dengan satu ungkap kata.
Teguran ini seharusnya menyadarkan diri, menyakitkan memang. Namun terima kasih Tuhan atas teguran yang meluruskan hingga aku tak berlama terjerumus dalam kubang kenistaan...

16 April 2011, jam 22:58
"Dengan cita-cita dan darahku!" dengan keduanya ia telah bulatkan tekad memikul beban berat dalam hari-hari penat, ia kan menempuh jalan penuh rintangan yang menuntut kesabaran dan pengorbanan. "Dengan cita-cita dan darahku!" ucapnya, tanda kuatnya asa yg terpatri di jiwa.

14 Mei 2011, jam 22:32
Menulis, demi membunuh gundah yang tak juga enyah.

27 Mei 2011, jam 12:58
Ataukah kau begitu bebal, layaknya hewan ternak yang tak berakal? Hingga tak lagi bisa menerima pesan-pesan dari langit, bahwa saat masalah menghimpit, hidupmu terasa sempit atau pun tertimpa sakit, Ia menjanjikan kebaikan yang tak sedikit. (dari: Wahai diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?)

30 Mei 2011, jam 14:11
Semua bermula dari mimpi, dan inginku menujukan mimpi-mimpi demi kehidupan setelah mati. Sungguh nilai di sisi Ilahi itu lebih abadi.

03 Juni 2011, jam 14:09
Wahai diri, jangan putus asa! Putus asa hanyalah milik orang-orang yang ingkar pada yang Maha Besar. Ia masih mendengar, Ia senantiasa memandang, ketika para hamba menambatkan harapan, melantunkan doa-doa panjang dan merentas usaha sepanjang kemampuan. Ia tak pernah mengecewakan...

10 Juni 2011, jam 11:20
Ia ingin terpuji di hadapan-Nya dan menjadi mulia di mata-Nya. Memang ia rasa masih jauh dari gelar taqwa seperti para sahabat nabi atau seperti definisi dalam kitab suci. Namun ia berharap bisa membersamai di surga nanti...

17 Juni 2011, jam 14:04
Saat kilatan pedang begitu indah dalam pandangan. Dan darah yang mengucur menjadi hiasan. Debu dan peluh, sayatan luka dan potongan tubuh menjadi bukti atas pengorbanan diri demi kalimat-Nya yang kan terus meninggi. Diawali oleh Yasir dan Sumayyah, Mush'ab dan Hamzah, Ja'far dan Zaid ibn Haritsah. Selamanya, syahadah menjadi anugerah terindah yang didamba setiap yang berjuang fi sabilillah...

18 Juni 2011, jam 23:18
Di sudut ruangan ia duduk berteman catatan harian. Melampiaskan semua melalui kata dan mencoba merekam hari-harinya dengan tarian pena. Saat ia ditanya, "Untuk apa?" Jawabnya, "Dengan tulisan kutumpahkan galau hati untuk mengurangi beban diri, juga untuk koreksi atas hari-hari yang kujalani dan menggali kata yang bisa menjadi inspirasi."

25 Juni 2011, jam 23:29
Di sebuah pertemuan, berjumpa ratusan orang yang bersama mendengar paparan seorang cendekiawan. Sebuah renungan tentang peran Al Qur'an dalam kancah kehidupan. (Satu malam di Buaran, Pekalongan)

(Petikan kata-kata di atas adalah kumpulan status di Akun Facebook “Tiada Nama“ -ardhi el mahmudi-)

Friday, July 1, 2011

Wahai Putra Mubarok...

Wahai putra mubarok,
Pernah engkau menunggu sebuah jendela terbuka.
Sekedar menanti semburat wajah yang dicinta.
Dari petang kau berdiri dengan bimbang.
Sembari menahan dingin salju yg menerjang
kau bertahan hingga subuh datang.
Sampai tanpa sadar kewajiban isya' kau lupakan.

Sesalmu pun panjang,
karena demi wanita yang dicinta kau bisa berdiri sepanjang malam.
Sedang untuk Robb pencipta alam
hanya sekedar penggugur kewajiban.

Kau pun berpaling dari cinta fana menuju taubat nasuha
hingga senantiasa berusaha mempersembahkan bakti yang sempurna

Kau pun lakukan perjalanan panjang
demi menambah pemahaman akan islam
melintas batas negara
dan akhirnya menjadi seorang ahli ibadah dan ulama terkemuka

Wahai putra mubarok
pertaubatanmu mengantar pada kemuliaan
hingga saat kau lelap di sebuah taman
seekor ular pun rela menungguimu
dan sesekali mengusir lalat yang hendak mengganggumu

Wahai putra mubarok
Semoga kami bisa menempuh jalan yang sama
jalan warisan yang ditinggalkan teladan utama
rasul Muhammad dan sahabat-sahabatnya