Friday, June 15, 2012

Serpih Kata Di Sela Masa 11

1 Januari 2012, pukul 9:06
Dimana kalian wahai para pemuda yang mendalami agama?
Dimana kalian wahai pemuda yang mengaku mencintai Allah dan utusan-Nya?
Dimana kalian wahai pemuda yang mengikrarkan keislaman dan merasa memiliki keimanan?
Dimana kalian?
Saat bumi dipenuhi kedurjanaan dan ketidaksesuaian dengan ajaran Tuhan, dimana kalian?
Apa kau hanya bisa diam dan mencukupkan diri dengan selemah-lemah iman. Kau punya akal dan lisan, kau punya pena di tangan. Serukan kebenaran, tuliskan segala keindahan ajaran. Bukan sekedar hasil yang kita tuju, namun kemuliaan di sisi Yang Maha Satu! (kaca diri pagi ini)

3 Januari 2012, pukul 19:10
Hamba yang hina ini mencoba tahu diri, bahwa amalnya memang tak seberapa, bahwa kehidupannya terlalu banyak alpa dan dosa. Maka hanya rahmat-Nya yang diharap bisa menyelamatkan dari siksa neraka...
Yaa Muhaimin yaa Salaam... Salimnaa.. salimnaa

14 Januari 2012, pukul 16:50
Dan engkau akan lihat Dia begitu perkasa, Rabb kita Dia lah Tuhan Yang Maha Mulia...
Dia telah janjikan kemenangan yang nyata....

30 Januari 2012, pukul 7:17
Untuk apa kau tuliskan keluh tentang benturan yang membuatmu mengaduh. Untuk apa kau ungkapkan duka dan kecewa pada manusia, mengumumkannya hingga setiap orang bisa membaca. Sedang Tuhan kau lupakan, padahal Ia senantiasa akan mendengar, Ia lah pemberi kelapangan dan jalan keluar.

30 Januari 2012, pukul 7:31
Wahai diri, Kenapa tak kau tuliskan saja tentang hikayat para pahlawan, semangat yang berkobar dalam berkorban atau hasrat untuk menggapai kemuliaan di sisi Tuhan. Atau tulis saja sabda sang junjungan, Nabi akhir zaman atau ucapan Ulama dan cendekiawan. Siapa tahu pembaca akan mengamalkannya dan kau pun mendapat bagian pahala yang sama dengan mereka. Dari pada menuliskan keluhan dan mengumumkan kegiatan yang entah dicatat sebagai apa di sisi-Nya, mungkin hanya akan tersia dan malah memberatkan timbangan keburukan karena menjadi bagian kemubadziran...

18 Februari 2012, pukul 23:57
Wahai Yasir dan Sumayyah, duhai Hamzah dan Handzalah. Mush'ab, Ja'far, Zaid bin Haritsah, ibnu Rawahah, jua para syuhada' di bi'ru ma'unah... Kuingin impikan kalian, menapaki jalan dimana kaki kalian langkahkan, memahami arti iman dan pengorbanan layaknya yang kalian persembahkan, dan berharap bisa berdiri membersamai di akhirat nanti.

1 Maret 2012, pukul 14:40
Perbaiki usaha, kuatkan tekad akan asa. Sebelum timbul sesalan panjang atas berlalunya usia yang tanpa guna, atas segala kesempatan yang terlewatkan dengan sia-sia, atas masa yang tak kan terulang seperti sedia kala. Maka tak ada lain kata yang pantas diserukan oleh lisan, bersegera... bersegera... menuju genggam cita yang telah lama didamba...

2 Maret 2012, pukul 21:07
Sang penguasa alam tentu saja tak sekedar mempermainkan. Mungkin itu adalah teguran, atau sebuah pelajaran, atau untuk meningkatkan derajat ketaqwaan. Tinggal dirimu, bisakah mengambil hikmah dari sekian banyak kisah yang tak sedikit membuat sakit...

4 Maret 2012, pukul 15:01
Mencoba bertahan, menguatkan pijakan kaki meski ada keinginan untuk pergi. Mencoba tak peduli, saat ada tawaran yang lebih bisa memenuhi hasrat hati. Semua demi sebuah janji. Janji-Mu, wahai Robbku. Janji-Mu pada para penuntut ilmu....
kemudahan jalan ke surga.

6 Maret 2012, pukul 9:14
Wahai diri, akankah kau ingin menjadi hamba yang biasa saja. seperti orang yang tak mengerti arti mengapa kau dicipta. Akankah berlalu umurmu dengan tanpa kesan? Beramal sekedar penggugur kewajiban agar tak dianggap hamba ingkar? Padahal bermacam kebaikan telah Ia janjikan, tak kah kau tergerak untuk mendapatkan? Tak terhingga Ia anugerahkan kenikmatan, tak kah kau berhasrat untuk lebih banyak berkorban? Kapan segala yang terbaik kan kau persembahkan jika memang keridhoan dan cinta-Nya yang kau citakan?

14 Maret 2012, pukul 1:10
Kumelihatnya, sekilas saja. Seorang gadis berkacamata berkursi roda. Azzam macam apa yang ia punya, Ia coba mandiri dengan keterbatasan yang dimiliki. Jauh berbeda kota, meninggalkan orang tua dan sanak saudara demi sebuah cita yang ia damba, menjadi bagian dari keluarga Yang Maha. Bagaimana dengan kita yang tumbuh dengan tubuh sempurna? Hidup sekedarnya dan sering melupakan-Nya? Betapa tak bernilainya...

14 Maret 2012, pukul 15:36
doa untuknya...
semoga yang tertulis di atas sana sesuai dengan hasrat hatinya. kalau pun berbeda semoga selalu bisa sabar menerima dan ridho atas segala putusan-Nya

20 Maret 2012, pukul 3:18
saat kita pernah merasakan sakitnya kehilangan,
nanti kita akan bisa menikmati rasanya memiliki
(celetukan di dini hari)

21 Maret 2012, pukul 22:05
Mungkin di satu tempat engkau didahulukan dan dituakan. Apa yang kau banggakan dengan penghormatan yang kau dapatkan? Sedang setelah ketuaan akan datang kematian. Selanjutnya dimandikan, dibungkus kafan dan disholatkan kemudian ditanam di dalam lubang tanpa penerangan. Apa yang akan kau banggakan? Apa yang akan kau banggakan?!?

30 Maret 2012, pukul 8:05
kau pernah rasakan sakitnya namun masih saja tak juga jera melakukan hal yang sama. bodohnya, kenapa tak juga belajar pada kesalahan yang sempat kau lakukan.

14 April 2012, pukul 6:09
Pada-Nya semua bermuara. Benturan tak seharusnya putuskan asa. Ia lebih tahu, apa yang terbaik bagi dirimu. Ia lebih paham, apa yang seharusnya kau genggam. Ia lebih mengerti jalan mana yang sebaiknya kau lalui. Menerima setiap ketentuan-Nya dengan lapang dada tentunya lebih membuat lega...

23 April 2012, pukul 12:20
Wahai diri, Kesholihan macam apa yang kau punyai?
Kesholihan, bukan sekedar dengan sebutan akhi dan ukhti atau anta dan anti.
Kesholihan, bukan sekedar rapat berjam-jam dengan alasan memikirkan umat namun penuh debat tanpa manfaat. Kesholihan bukan sekedar dengan menunjukkan rasa malu ketika bertemu namun tanpa segan berlama-lama berbincang berduaan melalui pesan dan jejaring sosial.
Wahai diri, Kesholihan macam apa yang kau punyai?

25 April 2012, pukul 12:18
Duhai diri,
saat tangan kiri tidak mengetahui apa yang tangan kanan beri, bukankah itu lebih terpuji. tutupi.. tutupi.. agar segala yang diberikan tersimpan di sisi yang maha Tinggi...

1 Mei 2012, pukul 17:35
Wahai ayah bunda, jangan pelihara duka. di jalan ini ku telah bahagia. Jangan pula risaukan kehidupan nanda di masa depan karena semua telah tertuliskan. Harta dan kedudukan bukan tujuan, pandangan manusia tak lagi ingin kurisaukan. Ku telah cukupkan inilah jalan pilihan, yang kuyakin membawa pada kebaikan hingga kematian, hingga alam keabadian. Dan sungguh balasan di sisi Yang Maha Besar lebih menjanjikan...

3 Mei 2012, pukul 22:05
Saat kata demi kata buah karyanya kueja di hati. Tusukan demi tusukan hadir melukai. Namun yang kudapati bukanlah luka yang menyakitkan melainkan luka yang menyembuhkan. Tak bosan, meski kubaca berulang-ulang. Goresan pena sang murobbi dalam pilar-pilar asasi memberi energi tersendiri di tengah keasingan yang menyertai...

8 Mei 2012, pukul 11:33
Wahai diri, jangan kau panjangkan kata dan cerita akan keinginan tentang masa depan. Sungguh, orang yang lapar tak kan kenyang hanya dengan membayangkan makanan. Orang yang kehausan tak kan hilang dahaganya hanya dengan menyebut jenis-jenis minuman. Demikian pula dengan cita-cita dan harapan, semua tak kan tergenggam hanya dengan ucapan berulang. Tanpa langkah pertama dan usaha nyata semua hanya angan-angan tanpa makna.

13 Mei 2012, pukul 7:38
Pesannya, "Jangan, kecewa atau pun putus asa hanya karena mereka tak mendengar seruan yang kau sampaikan. Nilainya bukan disana, namun kejujuranmu, kesungguhanmu dan keistiqomahanmu dalam menyeru. Tetaplah mengatakan kebenaran karena -sebuah keniscayaan- sebagian akan ada yang beriman, sebagian pun akan ada yang ingkar dan menentang..."

19 Mei 2012, pukul 11:36
Wahai diri tak kah kau sadari, hatimu telah mati. Kau tak lagi peka akan dosa. Di matamu, terlihat hanya lalat yang hinggap di ujung hidung. Sekedar kau kibaskan tangan maka ia akan terbang meninggalkan. Padahal.. padahal.. sesungguhnya di hadapanmu ada tumpukan batu yang akan menimpamu dan menguburmu dalam penderitaan yang panjang, dalam siksaan yang akhirnya entah kapan.

7 Juni 2012, pukul 8:23
Wahai diri.. waspadai hati-hati yang tersakiti. Saat mereka terluka karena sikapmu yang tercela atau tajamnya kau bicara. Sungguh kau kan celaka jika dalam batinnya mereka berkata,"Wallahi! akan kuadukan perkara ini pada Ilahi. Memang ku bukan hamba yang sempurna ketaatannya. Namun kuyakin tak ada hijab antara Ia dengan orang yang teraniaya..."

=========================================================================================
Rangkai kata di atas merupakan kumpulan status dari akun FB kami : “Tiada Nama“ -ardhi el mahmudi-)