Wednesday, June 9, 2010

Pesan untuk para Bujang

--------------------------------------
Untukmu Calon Qowwam
--------------------------------------

Obrolanmu tidak bermutu saat membahas tentang perwujudan tulang rusukmu, hanya hayalan dan angan-angan. Apa dikira mudah menjadi qowwam di sebuah rumah? Bagaimana mungkin mendapat istri sholihah, sedang kau tak pernah memperhatikan kondisi ruhiyah? Kau pun tak juga berusaha menyempurnakan pengetahuanmu tentang ajaran ArRohman padahal kau adalah calon imam bagi salah satu pondasi peradaban. Hanya dengan berkoar dan sesumbar tak akan menjadikanmu qowwam idaman
(Serpih Kata di Sela Masa 5, May 11, 2010 at 6:26am)

Pernyataan cinta yang belum saatnya, janji untuk sehidup semati tanpa persiapan diri hanya akan mengantar pada ingkar atas pengabdian pada yang Maha Besar. Tutup saja pintumu. Kelak jika tiba saatnya, buka kembali dan melangkahlah dengan pasti sebagai laki-laki yang siap menanggung sebuah konsekuensi. Karena nantinya semua bermuara pada apa yang telah dituliskan-Nya, tinggal kita memilih jalan yang mana, dalam bingkai ketaatan syariat atau keingkaran yang membuahkan laknat
(Serpih Kata di Sela Masa 5, May 12, 2010 at 12:48pm)

Sahabat, keputusanmu sudah tepat. Mengekangnya dengan janji tak pasti hanya akan membuat ia gamang dan larut dalam hayal tanpa kemanfaatan. Lebih baik begitu, lepaskan dan biarkan ia bebas tentukan pilihan. Hingga nanti, saat kau telah siap datanglah dengan kejelasan sikap. Kalaupun telah didahului maka Allah pasti akan menyiapkan pengganti yang lebih baik lagi.
(Serpih Kata di Sela Masa 5, April 10, 2010 at 9:24am)

Sahabat itu bicara padaku sekedar untuk menguatkan agar tekad yang ia tanam tak pudar, "Saat kerinduan merajam-rajam, hasrat ingin menyapa itu membakar. Namun, janji pada diri harus ditepati kalau memang aku seorang laki-laki. Serahkan saja pada yang Kuasa. Karena Dialah yang akan menentukan hasil akhir dari usaha. Semoga yang kulakukan ini berbuah ridho-Nya dan surga."
(Serpih Kata di Sela Masa 5, May 14, 2010 at 4:12pm)

------------------------------
Untukmu Calon Ibu
------------------------------

Kenapa harus mengikat diri pada hal yang belum pasti. kenapa menghambakan diri pada sosok yang belum tentu memberikan kemanfaatan. hanya dengan sedikit rayuan dan kata-kata indah penuh kepalsuan, rela membutakan mata hati dan tak peduli pada hukum syar'i yang telah diketahui. Wahai diri, betapa rugi.. betapa rugi mengenyahkan ketaatan dan beralih dalam kubang kenistaan.
(status by "Tiada Nama" May 19 at 6:46pm )

Dia hampir kehilangan hati, Ketika segumpal darah itu dibiarkan dijamah tangan yang baginya begitu ramah. Dia hampir kehilangan hari saat waktunya senantiasa diiringi sapaan salam penuh alunan kerinduan. Dia hampir kehilangan diri saat menyambut sosok yang baginya terpuji datang mengisi. Dia hampir kehilangan semua, karena memang belum masanya untuk memelihara bunga di jiwanya...
(status by "Tiada Nama" May 17 at 7:08pm)

Sunday, June 6, 2010

Serpih Kata di Sela Masa 5

March 1, 2010 at 7:46am
Ah, seharusnya aku tak iri, lebih-lebih mendengki. Karena setiap capaian merupakan cerminan kesungguhan dari kerja keras yang mereka lakukan, juga dari doa-doa panjang yang dipanjatkan. Cukup pandangi saja diri, seberapa keras usaha dan doa yang telah dilakukan, dan sejauh itu pula yang akan didapatkan. (note: Capaian itu baru dalam anganku)

March 3, 2010 at 2:22pm
Bagaimana mungkin seseorang mengharap sesuatu yang besar sedang ia hanya berangan-angan, tanpa usaha nyata, juga tanpa pinta pada pemilik alam Raya. Bagaimana mungkin seseorang mendapatkan hal yang luar biasa sedang ia tak juga mau keras bekerja, cepat menyerah dan berkeluh kesah dengan kata "aku lelah". (note: Capaian itu baru dalam anganku)

March 4, 2010 at 5:26am
demikianlah kehidupan, setiap manusia diberi takdir yang berbeda-beda. Peran yang tidak sama, ujian kehidupan yang sesuai dengan karakter dan kemampuannya. Maka syukuri saja apa adanya karena itu lebih dekat pada pintu surga. Dan tentu saja terus berusaha menggapai capaian yang lebih sempurna, hingga nantinya bisa terpuji di hadapan pencipta. (note: Capaian itu baru dalam anganku)

March 8, 2010 at 7:34am
Pada-Nya dikeluhkan segala ingin, bagi-Nya semuanya mungkin. Kau tak kan bisa berpaling.

March 23, 2010 at 6:48am
Lagi-lagi masalah rasa yang berawal dari dunia maya. Heran, meski hanya lewat tulisan, tak juga melihat tampang karena tak ada gambar dipajang kenapa masih bisa timbulkan godaan? Memang tipu daya syetan seringkali mengenai tanpa disadari. Wahai Rabb, lindungi kami..

March 26, 2010 at 1:29pm
Sang buaya maya pun tertawa, saat sang wanita kembali ke hadapannya.Sedang si perempuan, entah menghilang entah terbang.Dan aku hanya bisa menggeleng heran, dimana akal wanita itu diletakkan? Setelah disakiti, jua mengerti kebusukan sang lelaki masih saja mendekat dan terpikat. Bermain dengan taruhan hati dan tak peduli akan perasaan si perempuan yang banyak diam.Tapi apa peduliku, toh aku hanya pengamat yang numpang lewat.

March 31, 2010 at 6:37pm
Celetukan selepas pulang pengajian, seseorang menegur sahabat di sampingku, "Wah tambah gemuk sekarang mas, rahasianya apa?" Dengan senyum jenaka dia menjawab, "Menikahlah." Orang itu sambil tertawa kecil kembali bertanya, "Kalau nanti aku nikah terus gak gemuk sampeyan tak labrak ya?" Sahabatku menjawab enteng, "Kalau kamu gak jadi gemuk setelah nikah, berarti pernikahanmu bermasalah."

April 1, 2010 at 5:54pm
"Ibu ingin punya menantu yang bisa mengaji sehingga kelak bisa mengajari anak-anakmu di usia dini. Agar tidak seperti ibu ini yang tak mampu mengajari anaknya sendiri mengaji." Ah, harapan sederhana seorang bunda. Dan janjiku, insya Allah bu...

April 3, 2010 at 7:45pm
Cerita yang mampir di telinga, lagi-lagi tentang lelaki pengecut yang peragu dan suka mencari alasan yang mengada-ada. Mengajukan diri untuk berta'aruf tapi tiba-tiba membatalkan tanpa alasan, tanpa istikharah pula. Duhai kaumku, mereka yang kau sakiti itu, yang kau permainkan hatinya itu punya perasaan yang sama dengan ibu-ibu kita, bibi-bibi kita dan saudara perempuan kita. Dimana kau taruh akalmu...

April 4, 2010 at 5:26pm
Kuterima sebuah tulisan tangan dengan awalan yang menggetarkan, "Seringkali mata pena lebih tajam dari pedang. Dan semoga tulisanku bisa menusuk lebih dalam, meski mungkin saja akan menimbulkan luka. Namun kuharap bukan luka yang membusuk melainkan luka yang menyembuhkan."

April 5, 2010 at 8:19pm
Kuyakinkan pada diri, ampunan-Nya tak bertepi. Kasih-Nya seluas samudra, pintu itu masih terbuka... Semoga akhir kata di lisan ucapan meng-Esa-kan, semoga akhir amal perbuatan datangkan keridhoan

April 7, 2010 at 8:33pm
Wajahnya kian berkabut, larut dalam balut kesedihan yang mulai tersulut. Sesalnya panjang atas hari kosong yang terulang. Terbelenggu kesiaan sapaan tanpa kepentingan. Ia rindu harinya yang lalu, ketika lisannya sering basah oleh kalam pencipta Alam, jua ketika malamnya larut dalam sungkur di saat makhluk lainnya terbelenggu dengkur. Sesak di dada menahan laju rindu yang menggebu, terlampiaskan dengan jeritan "Robbi aku ingin kembali."

April 10, 2010 at 9:24am
Sahabat, keputusanmu sudah tepat. Mengekangnya dengan janji tak pasti hanya akan membuat ia gamang dan larut dalam hayal tanpa kemanfaatan. Lebih baik begitu, lepaskan dan biarkan ia bebas tentukan pilihan. Hingga nanti, saat kau telah siap datanglah dengan kejelasan sikap. Kalaupun telah didahului maka Allah pasti akan menyiapkan pengganti yang lebih baik lagi.

April 19, 2010 at 9:38am
Wahai diri, jangan bangga dengan bertambahnya deret angka usia. Karena belum tentu kamu menjadi dewasa. Namun ketuaanmu adalah kepastian yang menunjukkan mendekatnya waktu kematian. Di balik perputaran waktu ada banyak tugas menunggu. Di sela masa yang berjalan, ada hari-hari menanti penuh perjuangan. Hidup di dunia hanya sekali, maka penuhilah dengan prestasi. bukan di mata manusia, tapi yg terpenting di hadapan sang pencipta.

April 20, 2010 at 6:00am
Ketampananmu tak berarti, karena tak menjamin kamu akan diridhoi. ketampananmu tak berguna, karena seseorang masuk surga bukan karena tampannya rupa... (note: Wajah tampan, percuma!)

April 26, 2010 at 8:32pm
Bapak-bapak itu, di usia yang tak lagi muda, mereka mengeja satu demi satu huruf asing yang bukan dari bahasanya. a! ba! ta! - ta! ba! a!- Penuh semangat, meski dengan lisan yang sudah kaku dan berat. Memang tak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan, demikian keyakinan yang seharusnya ditanamkan. Bagaimana dengan kita yang masih muda, sudahkah bisa membaca Al Qur'an dengan baik dan benar? Atau menunggu kepala beruban untuk mulai belajar?

April 28, 2010 at 6:37pm
labuhkan saja kemana kau suka, di pelabuhan hati yang kau kehendaki. lelaki yang kau rindui, masih belajar mencintai sembari meraba-raba jalan kedewasaan jua bertarung dengan kerendahan yang bersemayam. (untuk seseorang yang mengaku rindu)

May 8, 2010 at 6:46am
Saatnya akan tiba, suatu saat akan sempurna. sesuai dengan yang diharapkan dan yang dicitakan, insya Allah... Kalaupun tidak, pasti akan digantikan dengan yang lebih baik dari yang didambakan.

May 8, 2010 at 3:29pm
wahai para ukhti, mohon maaf sblmnya, sekedar saran. hapus saja foto-foto pribadi anda dari media ini. Karena tidak semua pria bisa menundukkan pandangnya, foto anda pun bisa dicopy sesuka hati. Kemudian disimpan di komputer-komputer pribadi. Tak terbayang ketika anda nanti telah bersuami sedang foto diri tersebar, terumbar disimpan oleh banyak orang. Sekedar menjaga diri, sebelum sesuatu yg tak berkenan terjadi.

May 11, 2010 at 6:26am
Obrolanmu tidak bermutu saat membahas tentang perwujudan tulang rusukmu, hanya hayalan dan angan-angan. Apa dikira mudah menjadi qowwam di sebuah rumah? Bagaimana mungkin mendapat istri sholihah, sedang kau tak pernah memperhatikan kondisi ruhiyah?Kau pun tak juga berusaha menyempurnakan pengetahuanmu tentang ajaran ArRohman padahal kau adalah calon imam bagi salah satu pondasi peradaban. Hanya dengan berkoar dan sesumbar tak akan menjadikanmu qowwam idaman

May 12, 2010 at 6:37am
Wahai Sholahuddin... ajari kami, palestina masih belum merdeka, namun para pemuda begitu ringan bercanda dan tertawa, tak juga berdoa untuk saudara-saudaranya yang berjuang disana. Duhai Syaikh Azzam.. ajari kami, Afghanistan masih tertekan, namun para pemuda masih juga berlebihan dalam membahas percintaan dan angan-angan, tak juga mendoakan kemenangan dan pertolongan.

May 12, 2010 at 9:27am
Terkadang kesombongan itu merasuk dengan samar. Tanpa sadar tingkah dan polah mulai menyiratkan kebanggaan. Hingga mulai menyampingkan rasa bahwa diri adalah hamba yang tanpa kuasa apa-apa.

May 12, 2010 at 12:48pm
Pernyataan cinta yang belum saatnya, janji untuk sehidup semati tanpa persiapan diri hanya akan mngantar pada ingkar atas pengabdian pada yang Maha Besar. Tutup saja pintumu. Kelak jika tiba saatnya, buka kembali dan melangkahlah dengan pasti sebagai laki-laki yang siap menanggung sebuah konsekuensi. Karena nantinya semua bermuara pada apa yang telah dituliskan-Nya, tinggal kita memilih jalan yang mana, dalam bingkai ketaatan syariat atau keingkaran yang membuahkan laknat

May 13, 2010 at 8:50am
Mencoba mengenyahkan hasrat tercela dari jiwa. Kemudian mendaki, menapaki tangga-tangga ketaatan tanpa jeda. namun kenapa keistiqomahan itu tak jua menyapa. Sungguh wahai diri tanpa kuasa-Nya kau tak akan sanggup melangkah di jalan taqwa, tanpa anugerah-Nya kau tak kan bisa bertahan di jalan-Nya.... Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik...

May 14, 2010 at 4:12pm
Sahabat itu bicara padaku sekedar untuk menguatkan agar tekad yang ia tanam tak pudar, "Saat kerinduan merajam-rajam, hasrat ingin menyapa itu membakar. Namun, janji pada diri harus ditepati kalau memang aku seorang laki-laki. Serahkan saja pada yang Kuasa. Karena Dialah yang akan menentukan hasil akhir dari usaha. Semoga yang kulakukan ini berbuah ridho-Nya dan surga."

May 15, 2010 at 5:52am
Dia datang tanpa diundang.Tak peduli entah kita siap menyambutnya atau enggan menerima. Dia datang tanpa kabar, tanpa pemberitahuan. Sering kali datangnya malah tiba-tiba tanpa disangka-sangka. Anak-anak, para pemuda atau pun orang tua, bisa didatanginya kapan saja. Tak mengenal batas usia, tak kenal masa, tak peduli bermacam cuaca, bila tiba saatnya maka ia tak akan tertunda. Duhai kematian, semoga ku bisa mnyambutmu dengan senyuman

May 16, 2010 at 10:22am
Ingin menulis sepuasnya, hingga semua beban di dada tak lagi terasa, hingga kelegaan kembali menyapa, hingga rasa merdeka tak lagi tertutupi lara. namun pastinya beban, kesempitan, tekanan dan himpitan akan terus datang bergantian, sebagai bentuk pembelajaran langsung dari pemilik kehidupan. Semoga anugerah kesabaran senantiasa bersemayam...

May 17, 2010 at 7:08pm
Dia hampir kehilangan hati, Ketika segumpal darah itu dibiarkan dijamah tangan yang baginya begitu ramah. Dia hampir kehilangan hari saat waktunya senantiasa diiringi sapaan salam penuh alunan kerinduan. Dia hampir kehilangan diri saat menyambut sosok yang baginya terpuji datang mengisi. Dia hampir kehilangan semua, karena memang belum masanya untuk memelihara bunga di jiwanya...

(Petikan kata-kata di atas adalah kumpulan status di Facebook milik “Tiada Nama“)

Sajak Terserak 3: Mimpi kita, mimpi bersama

Senja di Tursina

Meski diiringi sengal nafas
dan sendi-sendi kaki mulai melemas
senyum itu tak pernah lepas

menapaki satu-satu tangga batu
ditemani hembus syahdu sang bayu
kita kesana, mendaki puncaknya
menuju Tursina, demi mengenang musa
saat bercakap dengan Tuhannya
sembari menikmati warna-warna coklat pucat
dengan aura nan memikat

Hari mulai petang, sebuah panggilan pulang
dengan dirimu di gendongan belakang
menjulurkan tangan dari balik punggungku
dan menempelkan dagu dipundakku
karna kaki itu telah kaku
tak lagi mampu menapak batu-batu

tapi itu hanya mimpi hiasan malam
yang kau ceritakan dan entah
akan terwujud kapan

(awal April '10)

------------------------------------------------------------------------------------------------

"Mas? Doakan! Aku mau ujian"

Semalam, kurasakan
jemariku dalam genggam
dibalut samar setengah sadar
karna baringku yang belum tuntas benar
kupalingkan pandang
pada pemilik tangan lawan

Kudapati dirimu dengan buku di pangkuan
dan bicara lewat senyuman
"Mas, doakan. aku mau ujian"
Sembari lontarkan tatap heran,
kusunggingkan rekahan di bibir sebagai balasan
Jua angukan mengiyakan

kau pun teruskan bacamu,
masih dengan jemari yang menyatu.
Tiba-tiba kudengar ketukan di pintu
Diiringi teriakan teguran "Subuhan!!"

Lampu menyala, memaksa mata terbuka
memutus segala
dan tak kudapati lagi engkau disana
Yang ada hanya ranjang setengah berantakan
dengan tumpukan kertas coretan
di kiri kanan badan.
Duh, mimpi ini... seakan nyata di hadapan

(Serambi NH, 31 Mei '10)

Thursday, June 3, 2010

Sajak Terserak 2: Dua hati, dua rasa, dua semua

Aku pencemburu

Getar ini tak pudar, sayang
Harap ini tak lekang
Namun sesak di dada masih terasa
saat teringat sapa bernada manja
dari lisanmu, tak tertuju padaku

hati ini terbakar sayang
rinduku pun mengerang
rasa diduakan menekan menghantam
selamanya takkan kupaham bermacam alasan
hanya tahu, aku pencemburu

(solo, medio april)

------------------------------------------------------------------------------------------------


Pendamping tak selalu seiring

Kerap kata tak lagi rekat
Berat pula jadikan lekat
menyengaja ciptakan sekat
dalam hampa berbalut penat

Indah kata di awal mula
pupuk rasa bertabur bunga
Bukan bosan, bukan pula tak lagi sayang
hanya memang berbeda pandang peran
akan tetap bimbang bila melepas terbang
karna hati telah tertawan bayang

(wng, mei awal)

------------------------------------------------------------------------------------------------
Masih ada rasa

Lembut sapa tumbuhkan desir
sesegar tegukan 'asir di rongga kering
sesering tebaran pasir dihembus angin

teringat isak tercekat
seakan hati terikat, terpikat sangat
gerimis tangis
iringi langkah teriris

"Maafkan", demikian suara lisan
yang sering diulang
dan berbalas lekas dengan angukan
berhias tatap mata berkaca
jua doa berbingkai kata "semoga"

(solo, maret awal)