Saturday, December 31, 2011

Serpih Kata Di Sela Masa 10

02 September 2011, jam 10:38


Ada bayang sempurna di depan mata. Merasuk ke hati dan ia pun menari, pengaruhi akal sehatku, merasuki pola hidupku, munculkan rasa semu di kalbu


04 September 2011, jam 10:40


wahai ilahi, ketika perjumpaan hanya akan ingatkan pada kekecewaan dan kenangan menyakitkan, tolong jangan pertemukan kami di bumi, tapi kumpulkan kami di surga-Mu nanti saat dengki dan benci telah menguap dari hati.


04 September 2011, jam 15:12


"Kapan pulang?" tanya itu datang berulang dan sekedar kujawab dengan kata bermakna mengambang tanpa kepastian, "nanti, sebentar atau kapan-kapan." Ada rasa enggan, karena beban-beban yang tak juga terselesaikan.


05 September 2011, jam 10:06


Adikku, Esok hari adalah hari baru. Langkahkan kakimu dan jangan ragu, meski tak seperti inginmu, tak pula seperti citamu. Allah pasti menyertaimu karena ridho ayah ibu yang kau tuju. doa untukmu sepenuh cinta setulus kalbu dari saudaramu...


08 September 2011, jam 18:37


Wahai pendosa, wahai yang selalu mensia-siakan usia, wahai yang tak juga beranjak dari hal tanpa guna. Kebaikan macam apa yang kau punya untuk menghadap-Nya? Apa yang bisa menahan dirimu dari api neraka? Kau harap surga, kau harap bersama mereka, hamba-hamba yang diridhoi-Nya. Namun kau tak berusaha, taubat pun kau tunda, dan terus saja larut dalam alpa. Dengan itu kau harap ridho-Nya? Haihaata... Haihaata...


08 September 2011, jam 21:50


Bukanlah kehidupan jika tanpa tujuan dan setiap tujuan pasti memiliki tantangan, maka makna kehidupan adalah berjuang untuk taklukkan tantangan! -hikmah dari ayah-


11 September 2011, jam 7:04


Apa lagi yang kan kau katakan? Alasan macam apa yang kan kau ungkapkan? Cukuplah merendah dan akuilah bahwa engkau salah. Menyesal dan berjanjilah untuk tak lagi berulah. Dan kan kau dapati Dia begitu pemurah


12 September 2011, jam 18:35


Saat ia tumpahkan kecewanya melalui rangkaian kata, ku hanya bisa membaca sembari mencoba merasa derita getirnya. Kemudian berharap semoga ia diberi kekuatan untuk bertahan dan nantinya mendapatkan kebaikan yang tak berkesudahan.


16 September 2011, pukul 15:58


Kudengar keluhmu, kucerna rangkai katamu. Karena dengan saling cerita kita kan bisa mendapat sesuatu yang baru. Dengan berbagi kita kan dapati beban di hati sedikit terkurangi.


17 September 2011, pukul 12:23


Wahai Rabb, kuingin tak sesali menempuh jalan ini, namun benturan yang bertubi kadang lemahkan diri dan membuat ku ingin berhenti. Tanpa kuasa-Mu ku tak kan mampu bertahan di jalan-Mu. Mohon kuatkan tekad dan harap agar ketaatan ini kian lekat...


27 Oktober 2011, pukul 22:29


Hidup yang sederhana, apa adanya, biasa saja, asal terus memberi manfaat pada sesama dan beramal demi ridho-Nya, itu telah cukup membuat bahagia. (co-past dr twiiter sendiri)


3 November 2011, pukul 19:20


Kupernah berkata, "Kita punya hal yang sama. Memang tampak sederhana. Namun kuharap bisa menyatukan jiwa." Dan saat kau bertanya, "Apa?" Kujawab, "Iman dan tujuan."


8 November 2011, pukul 18:13


Ada banyak hal yang tak kau ketahui, jangan nilai terlalu tinggi, hanya akan datangkan kecewa di akhir nanti. Tak sebaik yang kau kira, tak seperti yang kau duga. Maka lihatlah dengan pandangan biasa, ala kadarnya.


11 November 2011, pukul 7:08


Siapa juga yang memaksa kita untuk menjadi sempurna? Tidak ada. Bukan sempurna, tapi beramal sekuat tenaga, semampunya.


11 November 2011, pukul 7:20


Rendahkan diri di hadapan Ilahi, Dia pasti akan mengasihi...


24 November 2011, pukul 16:07


Satu, dua, tiga, empat, lima, rupanya tak terhingga. Pantas saja jika tak tertembus cahaya, karatnya telah meraja. berubah tanpa celah untuk hidayah...


28 November 2011, pukul 0:15


Dendang kehidupan terngiang, lagunya terdengar sumbang dengan nada yang tak beraturan. terlalu tergesa hingga telinga tak bisa nikmati suara... sabar, pelan-pelan, ada aturan dalam setiap permainan. terlalu cepat akan merusak nyanyian yang dilagukan, terlalu lambat pun tak enak untuk di dengarkan. lagu kehidupan, nyanyikan dengan penghayatan, hingga di setiap liriknya kau rasakan kenikmatan


30 November 2011, pukul 12:50


"Yang naksir mas tidak ada yang cantik ya? Biasa semua." celetuknya. Dan aku hanya bisa tertawa mendengarnya. Mungkin memang agar bisa belajar memandang lebih dalam, pada hati yang tercermin dengan laku diri sehari-hari. Bukan pada rupa yang kan pudar ditelan masa.


4 Desember 2011, pukul 15:02


Mulialah engkau wahai pemuda yang berhasrat demi akhirat. Mulialah engkau duhai pemuda yang menahan rayu nafsu. Mulialah engkau saat wajahmu hanya tertuju pada Yang Maha Satu... mulialah engkau, mulialah engkau...


7 Desember 2011, pukul 6:27


Biarkan kerinduan di hati terus bersemi, berkembang dan tumbuh membesar. Hingga memenuhi setiap rongga sanubari, mengikuti setiap aliran pembuluh nadi dan selalu mengiringi detak di dada sebelah kiri. Rindu pada kehidupan setelah mati, rindu memandang wajah Ilahi...


7 Desember 2011, pukul 10:45


Bukankah engkau telah tahu, Al Qur'an itu begitu pencemburu. Tidak bisa dijadikan yang nomor dua dengan tenaga sisa-sisa. Saat perhatian padanya berkurang, dia akan dengan segera meninggalkan... (merenungi langkah diri)


11 Desember 2011, pukul 9:40


Maka menulis adalah bentuk dari pelampiasan kekosongan, pengurangan beban dan sebagai penghilang jenuh juga penumpahan segala keluh...


11 Desember 2011, pukul 14:59


Lelah yang sangat, saat hati tak lagi lekat pada taat...


13 Desember 2011, pukul 9:29


Wahai Ilahi... ampuni kami saat ini, ampuni kami esok nanti, ampuni kami di kemudian hari, ampuni kami setelah mati...


16 Desember 2011, pukul 6:06


Saat kau berharap agar seseorang kehilangan kenikmatan, saat kau senang seseorang ditimpa kesusahan, mengharap ia dalam kubang kenistaan. Kau salah. meski ia orang yang menyakiti hingga sempat timbulkan benci. Itu dengki yang mengotori hati, itu dengki yang tak pantas dimiliki, itu dengki yang hanya akan membuat kau merugi... (mengingatkan diri saat letupan di hati muncul kembali)


17 Desember 2011, pukul 10:57


Aku punya kehendak dan keinginan, engkau pun demikian. Namun Allah lah Yang Maha berkehendak. Ia melaksanakan apa-apa yang ia kehendaki dan ingini, siapa pula yang bisa menentang kehendak dan keinginan-Nya? Maka terima saja segala peristiwa yang menimpa meski kadang di luar keinginan kita, toh Dia tak akan lupa selama kita senantiasa mengingat-Nya... ana uriid, anta turiiid, Wallahu fa''alul limaa yuriid...


18 Desember 2011, pukul 10:05


Wahai diri, jangan risau atas kegagalan yang berulang, semua adalah sarana pembelajaran. Tetaplah bersyukur karena kau masih sanggup bertahan dan tak putus harapan, tak pula berhenti di tengah jalan. Dia masih memberi kesempatan. Bukankah penilaian-Nya bukan pada apa yang kau genggam? Namun pada kesabaran dan ketahanan saat menghadapi benturan...


19 Desember 2011, pukul 6:37


Duhai diri, jangan terlalu bersedih hati. Bersemangatlah, bersemangatlah, jangan kau sesali apa yang telah terjadi. Penyesalanmu tak kan membuat semua kembali. Hidupmu hari ini... hidupmu hari ini... penuhi ia dengan kegiatan yang berarti.


20 Desember 2011, pukul 5:59


Andai saja tak ada hisab dan timbangan amal, andai saja tak ada pertanggungjawaban, andai saja setelah kematian tak ada lagi kebangkitan maka tentu akan kurasakan kemerdekaan, maka kesedihanku tak akan datang. Kuingin jadi debu setelah kematianku. Namun semua telah tertulis, semua telah ditentukan bahwa semua akan ditanya tentang apa-apa yang dilakukan di dunia. Maka aku bisa menjawab apa? Hanya bisa mengharap belas-Nya. Sungguh hari yang berat, yang tak kuketahui akhirnya berujung nikmat atau laknat... Hasbunallah wa ni'mal wakiil, ni'mal maula wa ni'man nashiir...


24 Desember 2011, pukul 10:38


Ia tak berharap menjadi orang besar atau sosok yang terkenal, cukup menjadi seseorang yang tercatat di akhirat sebagai hamba yang tanpa laknat. Bukan hamba yang durhaka, bukan pula penghuni neraka, bukan hamba yang disiksa, bukan pula hamba yang disia-sia oleh-Nya...


26 Desember 2011, pukul 18:02


Jangan terlena karena ada seseorang yang menyatakan cinta. Mengagumimu karena dalam pandangannya kau adalah calon imam yang ia idamkan. Kebohongan yang nyata jika kau membenarkan. Ghurur.. ghurur... nyata-nyata kau terpedaya, kebaikan macam apa yang kau punya? Jangan bangga, jangan lupa masih ada banyak dosa yang menanti untuk dibalas di hari setelah mati...


=======================================================


Rangkai kata di atas merupakan kumpulan status dari akun FB kami : "Tiada Nama (Ardhi el Mahmudi)"

Wednesday, December 7, 2011

Serpih Kata Di Sela Masa 9

07 Juli 2011, jam 8:10

Duhai orang-orang yang ingkar akan kebesaran pencipta alam. Tunggulah sesalanmu, tunggulah saat kepastian itu mendatangimu. Dan saat ketetapannya berlaku sesalan dan kesabaran tak lagi berguna bagi dirimu.

09 Juli 2011, jam 12:16

Hati lemah tak kan menyelesaikan segala kisah. Akan tanpa kesan, mungkin malah tumbang di tengah jalan.

11 Juli 2011, jam 16:43

Ini bagian dari kehendak-Nya! Meski kau benci kau tak bisa lari kau tetap harus jalani. Kalaupun kau tak rela dgn ketentuan-Nya, memangnya kau ini siapa? Tanpa kuasa dari-Nya kau tak bisa apa-apa. Masih juga tidak terima? Padahal jika kau pasrahkan dan kau pupuk kesabaran Ia kan anugerahkan kebaikan.

12 Juli 2011, jam 21:55

Karena kadang awalnya adalah keisengan sekedar sapaan, dan tak jarang berlanjut menjadi ikatan dalam lingkar kemaksiatan tanpa sadar, kemudian tak sedikit yg berakhir dengan tikaman menyakitkan. Tidakkah engkau belajar?

13 Juli 2011, jam 7:15

Harta yang didapat tak abadi, posisi yang ditempati pasti ditinggal pergi. Dan untuk apa demi mendapat keduanya kau saling berebut hingga timbulkan benci. Percuma jika yang kau perebutkan tak ada nilainya setelah regang nyawa, betapa ruginya mencurahkan segala upaya namun akhirnya sia-sia di sisi-Nya.

15 Juli 2011, jam 18:16

Saat pencapaian yang diharapkan tak juga dalam genggam, proses kehidupan menjadi begitu membosankan. Mulai putus asa dan sering berkata, "Untuk apa ini semua?"

Jangan... Jangan demikian... Karena Ia tak sekedar melihat hasil akhir, namun Ia memandang proses yg membuat hasil itu lahir.

16 Juli 2011, jam 13:40

Maaf. Aku pun sama, hanya manusia biasa. Yang bisa jatuh dalam kubang khilaf dan alpa.

16 Juli 2011, jam 18:55

Katamu, "Ini bukan masalah jatuh ke lubang yang sama, namun masalah rasa yang tak bisa kuhentikan lajunya." Apa pun alasannya satu yang kita tahu, nafsu itu masih mendominasi kalbu.

17 Juli 2011, jam 6:22

Seiring berubahnya angka usia moga kau semakin dewasa, semakin bertambah ilmunya, dimudahkan jalan rizkinya, juga jodohnya, dan kelak dikumpulkan bersama di surga. (untuk adik tersayang yang jarang dalam pandang)

18 Juli 2011, jam 8:06

Pulang, untuk membayar kerinduan, menyegarkan semangat agar tak pudar, dan mengisi energi demi perjalanan yang masih panjang.

18 Juli 2011, jam 10:48

Andai kau lihat ia apa yang kan kau rasa? Seorang bocah dengan satu mata sedang menjual suara, diiringi petikan gitar ia coba senandungkan lagu berisi pesan milik wali band. "ingat mati, ingat sakit, ingatlah saat kau sulit..." (dlm bis kudus-smg)

19 Juli 2011, jam 5:16

Rumah, tempat nyaman dimana cinta dilimpahkan. Tempat pulang dimana kelelahan dihilangkan

20 Juli 2011, jam 11:12

Saat hari-hari di alam kefanaan diisi dengan hal yang menorehkan kemanfaatan bagi kehidupan setelah kematian. Ketika tiap detik yang dianugerahkan senantiasa larut dalam kebaikan dan sesuai dengan perintah yang Maha besar, demikiankah kehidupan yang tak merugikan?

22 Juli 2011, jam 9:24

Bidadari di surga, tak kah kalian ingin menemuinya? Sebagai ganjaran nyata bagi pendamba mati di jalan Sang Maha.

23 Juli 2011, jam 12:10

Kembali melangkahkan kaki, menempuh perjalanan demi kemuliaan yang didamba setelah mati. Mendekat pada para pewaris nabi, yang tanpa pamrih membagi dan memberi ilmu yg bermanfaat bagi diri. (patas solo-semarang)

25 Juli 2011, jam 9:47

Ini bukan masalah bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau. Saat tak ada kemauan untuk mewujudkan sesuatu meski sebenarnya mampu, maka memang selamanya segalanya tak akan bisa.

25 Juli 2011, jam 11:35

Suatu saat kau pasti kan jadi mayat. Dan mempertanggungjawabkan segala yang kau perbuat. Bagaimana bisa kau masih tertawa dengan maksiat yang terus lekat?

26 Juli 2011, jam 16:52

Teman, selamat atas keberanian yang telah kau buat. Butuh nyali untuk ucapkan janji suci. Kini kau telah menjadi imam dalam benteng peradaban. Qowwam bagi sosok yg menenangkan,semoga hidupmu dilimpahi keberkahan, barokallah. (utk salman,maaf aku tak bisa datang)

27 Juli 2011, jam 16:24

Meski lelah cobalah tuk tak berkeluh kesah. Bukankah akan ada balasan dari yang maha indah? Maka tersenyumlah karena kan ada nikmat tak bersudah sebagai anugerah.

29 Juli 2011, jam 6:47

Dengan banyak membaca al Qur'an dan mengingat kematian. Kau kan dapatkan hatimu bersih dari karat yang melekat. (Nasehat ustadz 25/1/11)

20 Agustus 2011, jam 7:00

Wahai diri, bukankah engkau hamba!? Sungguh, hamba yang lari dari tuannya tak kan pernah dapatkan keselamatan. Sedang sang Tuan senantiasa tahu yang kau lakukan. Kemana kau kan lari? Kemana kau kan sembunyi? Tak ada tempat bagimu kecuali kembali.

21 Agustus 2011, jam 19:59

Kau ingin pendamping yang sholihah, yang dalam pandanganmu ia tampak indah, yang kau harap bisa temanimu hingga ke jannah. Namun setelah berulang kali berusaha, juga tak putus berdoa yang kau dapatkan hanyalah kata penolakan. Maka satu yang harus kau lakukan setelah bersabar, berkacalah! Berkacalah, sudah pantaskah yang indah, yang sholihah kan temanimu hingga ke jannah.

22 Agustus 2011, jam 17:25

Wahai diri, berkaca! Berkaca! Jangan kira kau orang taqwa! Mungkin saja kelak di akhirnya tempatmu adalah kerak neraka! Sebab cabang-cabang kemunafikan yang kau masuki tanpa henti ditambah kemaksiatan berulang yang tanpa sadar kau nikmati, sedang kau mengaku bagian dari para penyeru, betapa tak punya malu! Munafik!

22 Agustus 2011, jam 20:07

Wahai kawan, semua kata yang kutuliskan bukan untuk kalian, tapi untukku sendiri. Keras memang, tajam hingga kadang cenderung kasar. Karena itu untuk diriku, karena jiwa ini butuh dipacu, karena hati ini terlalu bebal membatu. Ini caraku, ini untukku agar kumampu bertahan di jalan Rabbku

23 Agustus jam 11:30

Duhai diri, tak kah kau sadari kerak dan daki telah menutupi setiap mili potongan hati. Hingga ia mati, mengeras tak tertembus cahaya ilahi. Meski kau masih berjalan di muka bumi, lebih pantas bagimu diberi takbir empat kali.

24 Agustus 2011, jam 19:21

Manisnya tak sempat kurasa. Dan kini ku sudah di penghujungnya. Ramadhan berlalu sisakan galau di hatiku.

25 Agustus 2011, jam 19:27

Setelah sepekan dihadapkan pada proses pencetakan al Qur'an, melihat dari dekat dan ikut sedikit terlibat, apa yang kudapat? Semoga tercatat dan memperberat timbangan kebaikan di akhirat. (malam terakhir di klaten)

26 Agustus 2011, jam 10:00

Di penghujung ramadhan kuberanikan diri mengirim kabar. Maafkan segala kesalahan yang kulakukan. Kuharap kita tetap saudara dan nantinya dikumpulkan di surga bersama para hamba yang bertaqwa.

30 Agustus 2011, jam 11:32

Saat syawal datang menjelang, takbir kemenangan bersahutan seakan menjadi isyarat untuk saling memaafkan, saling melebur kesalahan.

Maafkan jika ada salah dalam tingkah dan polah. Maafkan bila ada ungkap kata yang timbulkan luka.

Dan semoga dosa kita terhapus saat hari kemenangan tiba, hingga nantinya kita dikumpulkan bersama insan bertaqwa, di surga.

30 Agustus 2011, jam 21:21

Kudengar takbir bersahutan, kudengar asma-Nya berkumandang. Ia maha besar, Ia maha besar, milik-Nya segala pujian.

31 Agustus 2011, jam 14:50

Ada waktunya nanti. ada kalanya kita tak butuh pengakuan mereka. Cukup lakukan yang kita bisa

(Petikan kata-kata di atas adalah kumpulan status di Akun Facebook “Tiada Nama“ -ardhi el mahmudi-)