Wednesday, December 7, 2011

Serpih Kata Di Sela Masa 9

07 Juli 2011, jam 8:10

Duhai orang-orang yang ingkar akan kebesaran pencipta alam. Tunggulah sesalanmu, tunggulah saat kepastian itu mendatangimu. Dan saat ketetapannya berlaku sesalan dan kesabaran tak lagi berguna bagi dirimu.

09 Juli 2011, jam 12:16

Hati lemah tak kan menyelesaikan segala kisah. Akan tanpa kesan, mungkin malah tumbang di tengah jalan.

11 Juli 2011, jam 16:43

Ini bagian dari kehendak-Nya! Meski kau benci kau tak bisa lari kau tetap harus jalani. Kalaupun kau tak rela dgn ketentuan-Nya, memangnya kau ini siapa? Tanpa kuasa dari-Nya kau tak bisa apa-apa. Masih juga tidak terima? Padahal jika kau pasrahkan dan kau pupuk kesabaran Ia kan anugerahkan kebaikan.

12 Juli 2011, jam 21:55

Karena kadang awalnya adalah keisengan sekedar sapaan, dan tak jarang berlanjut menjadi ikatan dalam lingkar kemaksiatan tanpa sadar, kemudian tak sedikit yg berakhir dengan tikaman menyakitkan. Tidakkah engkau belajar?

13 Juli 2011, jam 7:15

Harta yang didapat tak abadi, posisi yang ditempati pasti ditinggal pergi. Dan untuk apa demi mendapat keduanya kau saling berebut hingga timbulkan benci. Percuma jika yang kau perebutkan tak ada nilainya setelah regang nyawa, betapa ruginya mencurahkan segala upaya namun akhirnya sia-sia di sisi-Nya.

15 Juli 2011, jam 18:16

Saat pencapaian yang diharapkan tak juga dalam genggam, proses kehidupan menjadi begitu membosankan. Mulai putus asa dan sering berkata, "Untuk apa ini semua?"

Jangan... Jangan demikian... Karena Ia tak sekedar melihat hasil akhir, namun Ia memandang proses yg membuat hasil itu lahir.

16 Juli 2011, jam 13:40

Maaf. Aku pun sama, hanya manusia biasa. Yang bisa jatuh dalam kubang khilaf dan alpa.

16 Juli 2011, jam 18:55

Katamu, "Ini bukan masalah jatuh ke lubang yang sama, namun masalah rasa yang tak bisa kuhentikan lajunya." Apa pun alasannya satu yang kita tahu, nafsu itu masih mendominasi kalbu.

17 Juli 2011, jam 6:22

Seiring berubahnya angka usia moga kau semakin dewasa, semakin bertambah ilmunya, dimudahkan jalan rizkinya, juga jodohnya, dan kelak dikumpulkan bersama di surga. (untuk adik tersayang yang jarang dalam pandang)

18 Juli 2011, jam 8:06

Pulang, untuk membayar kerinduan, menyegarkan semangat agar tak pudar, dan mengisi energi demi perjalanan yang masih panjang.

18 Juli 2011, jam 10:48

Andai kau lihat ia apa yang kan kau rasa? Seorang bocah dengan satu mata sedang menjual suara, diiringi petikan gitar ia coba senandungkan lagu berisi pesan milik wali band. "ingat mati, ingat sakit, ingatlah saat kau sulit..." (dlm bis kudus-smg)

19 Juli 2011, jam 5:16

Rumah, tempat nyaman dimana cinta dilimpahkan. Tempat pulang dimana kelelahan dihilangkan

20 Juli 2011, jam 11:12

Saat hari-hari di alam kefanaan diisi dengan hal yang menorehkan kemanfaatan bagi kehidupan setelah kematian. Ketika tiap detik yang dianugerahkan senantiasa larut dalam kebaikan dan sesuai dengan perintah yang Maha besar, demikiankah kehidupan yang tak merugikan?

22 Juli 2011, jam 9:24

Bidadari di surga, tak kah kalian ingin menemuinya? Sebagai ganjaran nyata bagi pendamba mati di jalan Sang Maha.

23 Juli 2011, jam 12:10

Kembali melangkahkan kaki, menempuh perjalanan demi kemuliaan yang didamba setelah mati. Mendekat pada para pewaris nabi, yang tanpa pamrih membagi dan memberi ilmu yg bermanfaat bagi diri. (patas solo-semarang)

25 Juli 2011, jam 9:47

Ini bukan masalah bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau. Saat tak ada kemauan untuk mewujudkan sesuatu meski sebenarnya mampu, maka memang selamanya segalanya tak akan bisa.

25 Juli 2011, jam 11:35

Suatu saat kau pasti kan jadi mayat. Dan mempertanggungjawabkan segala yang kau perbuat. Bagaimana bisa kau masih tertawa dengan maksiat yang terus lekat?

26 Juli 2011, jam 16:52

Teman, selamat atas keberanian yang telah kau buat. Butuh nyali untuk ucapkan janji suci. Kini kau telah menjadi imam dalam benteng peradaban. Qowwam bagi sosok yg menenangkan,semoga hidupmu dilimpahi keberkahan, barokallah. (utk salman,maaf aku tak bisa datang)

27 Juli 2011, jam 16:24

Meski lelah cobalah tuk tak berkeluh kesah. Bukankah akan ada balasan dari yang maha indah? Maka tersenyumlah karena kan ada nikmat tak bersudah sebagai anugerah.

29 Juli 2011, jam 6:47

Dengan banyak membaca al Qur'an dan mengingat kematian. Kau kan dapatkan hatimu bersih dari karat yang melekat. (Nasehat ustadz 25/1/11)

20 Agustus 2011, jam 7:00

Wahai diri, bukankah engkau hamba!? Sungguh, hamba yang lari dari tuannya tak kan pernah dapatkan keselamatan. Sedang sang Tuan senantiasa tahu yang kau lakukan. Kemana kau kan lari? Kemana kau kan sembunyi? Tak ada tempat bagimu kecuali kembali.

21 Agustus 2011, jam 19:59

Kau ingin pendamping yang sholihah, yang dalam pandanganmu ia tampak indah, yang kau harap bisa temanimu hingga ke jannah. Namun setelah berulang kali berusaha, juga tak putus berdoa yang kau dapatkan hanyalah kata penolakan. Maka satu yang harus kau lakukan setelah bersabar, berkacalah! Berkacalah, sudah pantaskah yang indah, yang sholihah kan temanimu hingga ke jannah.

22 Agustus 2011, jam 17:25

Wahai diri, berkaca! Berkaca! Jangan kira kau orang taqwa! Mungkin saja kelak di akhirnya tempatmu adalah kerak neraka! Sebab cabang-cabang kemunafikan yang kau masuki tanpa henti ditambah kemaksiatan berulang yang tanpa sadar kau nikmati, sedang kau mengaku bagian dari para penyeru, betapa tak punya malu! Munafik!

22 Agustus 2011, jam 20:07

Wahai kawan, semua kata yang kutuliskan bukan untuk kalian, tapi untukku sendiri. Keras memang, tajam hingga kadang cenderung kasar. Karena itu untuk diriku, karena jiwa ini butuh dipacu, karena hati ini terlalu bebal membatu. Ini caraku, ini untukku agar kumampu bertahan di jalan Rabbku

23 Agustus jam 11:30

Duhai diri, tak kah kau sadari kerak dan daki telah menutupi setiap mili potongan hati. Hingga ia mati, mengeras tak tertembus cahaya ilahi. Meski kau masih berjalan di muka bumi, lebih pantas bagimu diberi takbir empat kali.

24 Agustus 2011, jam 19:21

Manisnya tak sempat kurasa. Dan kini ku sudah di penghujungnya. Ramadhan berlalu sisakan galau di hatiku.

25 Agustus 2011, jam 19:27

Setelah sepekan dihadapkan pada proses pencetakan al Qur'an, melihat dari dekat dan ikut sedikit terlibat, apa yang kudapat? Semoga tercatat dan memperberat timbangan kebaikan di akhirat. (malam terakhir di klaten)

26 Agustus 2011, jam 10:00

Di penghujung ramadhan kuberanikan diri mengirim kabar. Maafkan segala kesalahan yang kulakukan. Kuharap kita tetap saudara dan nantinya dikumpulkan di surga bersama para hamba yang bertaqwa.

30 Agustus 2011, jam 11:32

Saat syawal datang menjelang, takbir kemenangan bersahutan seakan menjadi isyarat untuk saling memaafkan, saling melebur kesalahan.

Maafkan jika ada salah dalam tingkah dan polah. Maafkan bila ada ungkap kata yang timbulkan luka.

Dan semoga dosa kita terhapus saat hari kemenangan tiba, hingga nantinya kita dikumpulkan bersama insan bertaqwa, di surga.

30 Agustus 2011, jam 21:21

Kudengar takbir bersahutan, kudengar asma-Nya berkumandang. Ia maha besar, Ia maha besar, milik-Nya segala pujian.

31 Agustus 2011, jam 14:50

Ada waktunya nanti. ada kalanya kita tak butuh pengakuan mereka. Cukup lakukan yang kita bisa

(Petikan kata-kata di atas adalah kumpulan status di Akun Facebook “Tiada Nama“ -ardhi el mahmudi-)

No comments:

Post a Comment