Sunday, October 4, 2009

Amanah Kepemimpinan (2)




Ketika kepemimpinan diamanahkan dan dibebankan padamu. Akankah hal itu menjadi titik tolak perubahanmu dalam meniti jalan kehidupan?

Layaknya Umar bin Abdul Aziz yang menjadikan beban amanah kepemimpinan sebagai awal revolusi kehidupan pribadinya. Umar yang pesolek, Umar yang berpenampilan glamour, Umar yang banyak tertawa, Umar yang gaya jalannya ditiru gadis-gadis Madinah, Umar…

Ia berubah menjadi Umar yang zuhud akan dunia, Umar yang senantiasa mengingat akhirat, Umar yang berhati-hati dalam menggunakan harta negara, Umar yang sungguh sangat sederhana, bahkan sejak diangkat sebagai khalifah hingga akhir hayatnya dia sama sekali tidak pernah tertawa.

Pengorbanannya tidak sia-sia, negeri yang ia pimpin menjadi makmur, hingga tak ada mustahiq zakat, tak ada yang pantas diberi zakat. Para muzakki kebingungan siapa lagi yang akan disantuni sedang semua rakyat telah makmur? Padahal Umar hanya memerintah selama +/- 2 tahun, ya hanya 2 tahun! Tapi rupanya masih ada satu orang yang miskin, dia Umar bin Abdul Aziz sendiri beserta keluarganya. Adakah Umar-Umar yang lain kini? Akankah kamu menjadi sepertinya?

Atau layaknya Umar bin khatthab, pemimpin tegas yang keras dalam memerangi penyelewengan anak buahnya. Al Faruq, demikian julukan yang diberikan Rasulullah baginya, pembeda antara yang salah dan benar. Umar yang begitu total dalam mengabdi pada Allah, yang tanpa canggung memikul karung gandum demi rakyatnya, yang rela menggiring dan mengobati unta hasil zakat yang sakit di teriknya matahari, yang begitu biasa tidur di emperan masjid berbantalkan surban tanpa gengsi meski tanpa dikawal, yang lekat dengan kesederhanaan dan begitu biasa dengan baju penuh tambalan. Akankah kamu mengikuti jejak ahli surga ini?

Atau layaknya Muhammad, sang Nabi terakhir, yang tingkah lakunya sempurna tanpa cela. Dua Umar mencontoh padanya, meneladaninya dan mengambil hukum dari risalah yang ia bawa. Ia dipilih Allah untuk memikul amanah kenabian, kerasulan dan risalah terakhir bagi manusia. Pribadi sempurna inilah yang selayaknya dijadikan teladan sepanjang masa. Dia tidak hanya Nabi atau Rasul dia juga pemimpin sebuah negara, juga panglima perang, ia juga suami dan ayah, ia juga guru, ia juga pedagang, konsultan dan ia seorang manusia seperti kita.

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21)



Wahai seseorang yang memimpin suatu kaum, yang diamanahi untuk mengurus urusan orang banyak, yang membawahi berbagai kalangan. Meski aku tidak di bawah kepemimpinanmu, meski kamu tidak mengurus urusanku, meski aku tidak berada di bawahmu. Izinkan aku ikut berharap dan merindukan atas nama seorang manusia yang menginginkan kebaikan untuk semua.

Aku ingin ikut berharap kamu bisa memenuhi amanah-amanah itu layaknya seorang muslim yang mukmin. Layaknya Muhammad saw yang berjiwa besar dan menyatu dengan umat. Layaknya Umar bin khatthab yang tegas pada kemungkaran dan penyimpangan anggaran, yang bisa lembut pada orang yang dizalimi, yang berbalut kesederhanaan meski ia mampu untuk kaya. Layaknya Umar bin abdul aziz yang berani merubah diri demi merubah negara, yang begitu takutnya kepada Allah, yang selalu berusaha untuk tidak menunda masalah-masalah negara.
Aku juga merindukan sosokmu menjadi sosok tegar dalam mengatakan kebenaran, melarang munkar sekecil apa pun itu. Kekuasaan kini ada di tanganmu, kamu berkesempatan mengubah segala kebijakan di tempatmu memimpin selama kamu mau dan berusaha untuk itu.

Aku menunggumu mengamalkan hadits Nabi, “Barangsiapa yang di antara kamu melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tanganmu (kekuasaanmu) dan apabila tidak mampu maka ubahlah dengan lisanmu dan apabila tidak mampu maka ubahlah/ingkarilah dengan hatimu dan itulah selemah-lemah iman.”




No comments:

Post a Comment