Friday, October 16, 2009

Analisis kecil puisi "Senja itu berlalu"

Analisis kecil puisi "Senja itu berlalu": dilihat dr segi Stilistika
(oleh: EL Herlian Ardivia*)

Senja itu berlalu

Tergolek senja di antara kaki pendusta
Saat mentari lari dari hati
Tegurnya tak lagi menari
Beribu nama membuang sukma
Beribu jiwa silaukan mata
Duga-duga hadir dalam gurat muka


Sang senja menata mati
Tertutup kaki pendusta sejati
Sinis tatap pendengki
Sang kelam merangkak pasti
Peluk pendusta setengah hati
Cericit-cericit menghias
Kabut turun terhempas
Selubungi peluk setengah terlepas


Tubuh-tubuh terbungkus
terikat belenggu-belenggu tak tentu
sang senja pun begitu
dalam rengkuh berbuhul ujung
lubang-lubang ternganga sambutannya
masuklah, tak keluar selama
tertimbun tapak-tapak liat
senja telah mangkat

( Ardi El Mahmudi)

Analisis
1. Diksi nya padat. tidak ada 1 diksi pun yang bisa dihilangkan agar 1 bait tetap utuh.

2. Ada banyak asonansi di semua bait . Asonansi merupakan gabungan/komposisi huruf vokal, yang berfungsi memperlancar bunyi. Jadi ketika puisi dibaca, akan terdengar bunyi yang lancar dan efonis (merdu).

A) asonansi /a/:

bait 1
Tergolek senj/a/ di ant/a/ra k/a/ki pendust/a/
Sa/a/t ment/a/ri l/a/ri d/a/ri h/a/ti
Tegurny/a/ tak l/a/gi menar/i/
Beribu nam/a/ membu/a/ng sukm/a/
Beribu jiw/a/ silauk/a/n mat/a/
Dug/a/-dug/a/ h/a/dir d/a/lam gur/a/t muk/a/

B) asonansi vokal /a/, /i/, dan /e/

bait 2
S/a/ng senj/a/ menat/a/ mat/i/
T/e/rtutup kak/i/ p/e/ndusta s/e/jat/i/
Sin/i/s tatap pendengk/i/
S/a/ng kel/a/m merangkak p/a/st/i/
P/e/luk p/e/ndusta s/e/tengah hat/i/
C/e/ric/i/t-c/e/ric/i/t mengh/i/a/s/
Kabut turun terhempa/s/
S/e/lubungi p/e/luk s/e/tengah t/e/rlepas

C) asonansi vokal /u/, /e/, dan /a/

bait 3

Tub/u/h-tub/u/h terb/u/ngku/s/
t/e/rikat b/e/lenggu-b/e/lenggu tak t/e/nt/u/
dalam rengkuh berbuhul ujung
lubang-lubang terngang/a/ sambutanny/a/
masuklah, tak k/e/luar s/e/lama
t/e/rtimbun tap/a/k-tap/a/k li/a//t/
s/e/nja t/e/lah mangka/t

3. Ada banyak aliterasi di semua bait. Aliterasi merupakan komposisi huruf vokal dan huruf konsonan.

A) asonansi /t/+/e/, /t/+/a/ , /b/+/e/:

bait 1
/Te/rgolek senj/a/ di an/ta/ra kaki pendus/ta/
Sa/at/ men/ta/ri lari dari h/at/i
/Te/gurn/a /ta/k lagi menari
/Be/ribu nama/ membua/ng sukm/a/
/Be/ribu jiwa/ silauk/a/n mat/a/
Duga-duga hadir dalam gur/at/ muka

B) asonansi vokal /a/, /i/, dan /e/

bait 2

S/a/ng senj/a/ menat/a/ mat/i/
T/e/rtutup kak/i/ p/e/ndusta s/e/jat/i/
Sin/i/s tatap pendengk/i/
S/a/ng kel/a/m merangkak p/a/st/i/
P/e/luk p/e/ndusta s/e/tengah hat/i/
C/e/ric/i/t-c/e/ric/i/t mengh/i/a/s/
Kabut turun terhempa/s/
S/e/lubungi p/e/luk s/e/tengah t/e/rlepa

C) asonansi vokal /u/, /e/, dan /a/

bait 3

Tub/u/h-tub/u/h terb/u/ngku/s/
t/e/rikat b/e/lenggu-b/e/lenggu tak t/e/nt/u/
dalam rengkuh berbuhul ujung
l/u/bang-l/u/bang terngang/a/ samb/u/tanny/a/
masuklah, tak k/e/luar s/e/lama
t/e/rtimbun tap/a/k-tap/a/k li/a//t/
s/e/nja t/e/lah mangka/t/

4. Ada beberapa bunyi kakafoni. Kakafoni merupakan bunyi yang terdengar ‘merusak “ bunyi lain. Biasanya bunyi kakafoni ditandai huruf /k/, /p/, /t/, dan /s/.

Terlihat pada beberapa penggunaan kata:
*pendusta, tak, silaukan ( bait 1)
*mati, sinis, merangkak, pendengki, tegurnya, terhempas, terlepas, kelam (bait 2)
*tertimbun, mangkat, tak tentu (bait 3)

5. Ada banyak rima akhir

bait 1
A) rima akhir yang diakhiri huruf /a/ dan /i/

terdapat pada kata-kata; pendusta, sukma, mata, muka, hati, dan menari.

Tergolek senja di antara kaki pendust/a/
Saat mentari lari dari hat/i/
Tegurnya tak lagi menar/i/
Beribu nama membuang sukm/a/
Beribu jiwa silaukan mat/a/
Duga-duga hadir dalam gurat muk/a/

bait 2

B) rima akhir yang diakhiri aliterasi huruf /t/+/i/ dan huruf /s/+/a/

terdapat pada kata-kata; mati, sejati, pendengki, pasti, menghias, terhempas, dan terlepas.

Sang senja menata ma/ti/
Tertutup kaki pendusta seja/ti/
Sinis tatap pendeng/ki/
Sang kelam merangkak pas/ti/
Cericit-cericit menghi/as/
Kabut turun terhemp/as/
Selubungi peluk setengah terlep/as/

bait 3
B) rima akhir yang diakhiri asonani vokal /u/ dan aliterasi huruf /a/+/t/
terdapat pada kata: terbungkus, tentu, begitu, liat dan mangkat

Tubuh-tubuh terbungk/u/s
terikat belenggu-belenggu tak tent/u/
sang senja pun begit/u/
dalam rengkuh berbuhul uj/u/ng
lubang-lubang ternganga sambutannya
masuklah, tak keluar selama
tertimbun tapak-tapak li/at/
senja telah mangk/at/

5. Ada perulangan kata

A) perulangan di awal kalimat,

seperti kata: /beribu/, pada bait pertama, larik ke 4 dan 5.

/sang/, pada bait ke dua, larik 1 dan 4.

B ) perulangan lain seperti: - duga-duga (bait 1, larik ke 6),
- cericit-cericit (bait 2, larik ke 6)
- tubuh-tubuh (bait 3, larik pertama)
- belenggu-belenggu (bait 3, larik ke 2)
- lubang-lubang (bait 3, larik ke 5)
- tapak-tapak (bait 3, larik ke 7)

6. puisi ini bertabur metafora, dari awal sampai akhir puisi. Yang paling menonjol adalah beberapa personifikasi yang terdapat dalam larik-lariknya.

Diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. tergolek senja di antara kaki pendusta
2. saat mentari lari dari hati
3. tegurnya tak lagi menari
4. sang senja menata mati
5. sang kelam merangkak pasti
6. senja telah mangkat

7. Puisi di atas memiliki banyak kelebihan dari segi stilistika, yang menjadikannya efonis ketika diapresiasi secara lisan (poetry reading). Dalam segi diksi maupun keindahan bahasa yang lain (yang ditunjukkan dengan banyaknya asonansi, aliterasi, beberapa kakafoni, dan banyaknya metafora), puisi ini mampu memberikan sentuhan emotif dan ekspresif, baik bagi puisi nya sendiri maupun bagi pembacanya.

***
Catatan (nambah dikit)
1. Di, judul puisi nya kan “senja itu berlalu”, judul ini bagus. Ketika el membaca sampai akhir , ada klimaks puisi yang bagus banget menurut el, diwakili 2 kalimat;

“…tak keluar selama
tertimbun tapak-tapak liat,
senja telah mangkat”

naah, knapa ya el berasanya puisi ini lebih mantab ketika judulnya “Senja Telah Mangkat” heeee…
jadi judulnya sama dengan kalimat terakhir puisi..
ini hanya masukan Di

2. Terus menulis Di..
Kita memang tidak bisa buat sejarah, tapi minimal kita punya karya yang menyejarah buat kita secara pribadi. Tinta emas buah akal kita yang akan kita kenang seumur hidup. Proses kreatif sbg pembelajaran terus menerus tentang hidup yang pernah kita miliki.
Pun ketika tidak ada yang peduli dengan karya kita, tidak lah menjadi masalah, karena kita bisa belajar dari apa yang kita tulis. Tulisan kita mampu menjadi pengingatan atau semacam taujih untuk kita secara pribadi, yang senantiasa berdengung-dengung agar kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Sungguh, sesuatu yang berharga bukan.

*El Herlian Ardivia, saat artikel ini diunggah masih tercatat sebagai mahasiswi tingkat akhir FSSR UNS Surakarta

3 comments:

  1. kang, Halamane angel di woco. Theme ganti sing kepenak yo... kapan-kapan mampir ning blogku OK

    ReplyDelete
  2. iya, ni lg nyari theme yg enak diliat... trims masukane

    ReplyDelete
  3. Untuk mu

    Pagimu adalah hamparan harapan

    Sejuk seperti riciknya air dari hulu ke hilir.
    Segar sepeti hijaunya daun sesawi sehabis kena hujan malam tadi.

    Siangmu adalah hamparan harapan.

    Berkawan matahari lintasi semesta raya.
    Berpeluh jalani titah kehidupan lelahkan ruh dan raga.

    Soremu adalah hamparan harapan

    Duduk tenang memandang sapuan warna angkasa.
    Tegak berdiri nikmati garis cakrawala nun jauh disana.

    Malammu adalah hamparan harapan.

    Kau sampaikan pada hening dan khusyuknya doa.
    Kau haturkan pada hangat dekapan Sang Pencipta

    (gadis yg duduk di tangga)

    ReplyDelete